Kamis, 04 Agustus 2011

MENDIAGNOSA KESALAHAN DALAM MENYANYI

Proses Pendiagnosaan

Diagnosa:  “The process of determining by examinating the nature and circumstances of a deased condition.” (Proses penentuan melalui pengujian terhadap sifat dan kondisi sebuah penyakit.)   (The American College Dictionary, New York: Random House, 1961).

Pendiagnosaan tidak hanya digunakan dalam bidang medis semata, proses ini juga dapat digunakan pada bidang-bidang lain yang juga memerlukan perbaikan atau pembetulan terhadap suatu permasalahan yang terjadi didalamnya, termasuk dibidang pengajaran vokal.

Pendiagnosaan yang dilakukan dalam bidang pengajaran vokal pada dasarnya tidak berbeda dengan proses serupa yang dilakukan dalam bidang medis. Keduanya memiliki prosedur standar yang harus diterapkan pada setiap pemeriksaan dan penetuan suatu penyakit atau masalah.

Proses pendiagnosaan pada vokal memiliki 3 tahapan, yaitu:
1.       Pengumpulan Informasi;
2.       Pengujian secara informal;
3.       Pengujian secara sistimatik.

Pengumpulan Informasi: Pada tahap awal, seorang pengajar vokal akan melakukan pengumpulan informasi terhadap siswa yang dihadapinya menyangkut masalah-masalah yang akan ditanggulangi. Setelah tahap ini terpenuhi, maka seorang guru vokal akan meningkat pada tahap selanjutnya, yaitu melakukan pengujian secara informal terhadap informasi-informasi yang ia dapatkan.

Pengujian Secara Informal: Tahap ini biasanya dilakukan dengan cara memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan prilaku siswa, yang dianggap memiliki keterkaitan dengan masalah vokal yang sedang dialaminya. Prilaku ini dapat berupa: sikap, postur tubuh, ketegangan otot, kualitas suara pada saat berbicara, kebebasan berekspresi, tingkah laku, mental dan sebagainya.       

Setelah tahap tersebut selesai, seorang pengajar vokal akan mengajukan beberapa pertanyaan yang bertujuan memancing siswa untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi vokalnya sendiri. Pertanyaan tersebut biasanya berkisar pada hal-hal yang menjadi tujuan serta harapannya dalam mempelajari teknik vokal, seperti: jenis perbaikan yang di harapkan, latihan vokal yang pernah didapat, jenis lagu yang disenagi dan pertanyaan lain yang sejenis. Pancing siswa untuk mengemukakan apa yang dapat ia lakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas terkadang merupakan petunjuk yang sangat berharga dalam memperbaiki produksi vokalnya.

Tahap ketiga dari prosedur pendiagnosaan adalah pengujian secara sistimatik. Pada tahap ini siswa akan diminta untuk menyanyikan sebuah lagu, sementara pengajar mulai membuat analisa yang sistimatis terhadap produkasi suara yang dihasilkan. Analisa ini juga dapat memuat faktor-faktor penyebab kesalahan yang didengarnya pada saat siswa tersebut menyanyi. Analisa ini haruslah mencakup seluruh bidang vokal seperti postur, pernafasan, tunjangan nafas, artikulasi, kualitas nada, volume suara dan lain sebagainya.

Dari apa yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur pendiagnosaan terhadap suatu masalah vokal memiliki tiga tahapan, yaitu:

1. Pengamatan informal terhadap kondisi siswa;
2. Evaluasi yang dilakukan oleh siswa yang bersangkutan;
3. Pengujian sistimatik yang dilakukan oleh pengajar vokal.

Ketiga tahapan diatas bukanlah merupakan akhir dari prosedur pendiagnosaan. Karena tujuan akhir dari proses pendiagnosaan adalah memperoleh pemahaman serta rencana perbaikan pada suatu masalah untuk masa yang akan datang.

Kesimpulan:  Proses pendiagnosaan adalah: mengenali sebuah masalah melalui gejala-gejalanya, dan menjadikannya sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk dapat membuat rencana perbaikan yang tepat. Tiga unsur penting dalam pendiagnosaan suatu masalah vokal adalah: Gejala, Penyebab dan Perbaikan.
 

Keterampilan Yang Dibutuhkan

Seberapa baik seorang pengajar vokal dalam mengajar dapat dilihat dari kemampuannya dalam memperbaiki suatu masalah pada suara yang didengarnya.

Untuk dapat menuntun seorang siswa menuju ke suatu bentuk suara yang ideal, seorang pengajar vokal haruslah terlebih dahulu menetapkan suatu standar suara yang ideal sebagai acuannya. Bentuk suara yang ideal ini tidak boleh bertentangan dengan hukum-hukum alam.

Setelah memiliki bentuk suara ideal sebagai acuan, seorang pengajar vokal juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas mengenai mekanisme vokal serta cara kerjanya.

Hal ini berarti ia harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengenali seluk-beluk suara manusia, fungsi dari setiap organ-organ suara, serta mengerti hubungan antara organ-organ tersebut dengan proses fisika yang mengaturnya.

Setidaknya terdapat dua keterampilan lainnya yang harus dimiliki oleh seorang pengajar vokal dalam mengajar, yaitu:

1. Kemampuan dalam menyampaikan gagasan dan pikirannya
    hingga mudah dimengerti oleh siswa.
2. Pengetahuan yang memadai mengenai psikologi pengajaran.

Berhati-hatilah dalam melontarkan kritik terhadap kondisi suara siswa. Kritik haruslah disampaikan dengan cara yang positif dan disertai dengan rencana perbaikan terhadap masalah yang dialami siswa yang bersangkutan, sehinggga terjalin sebuah hubungan antara pengajar dan siswa yang berdasarkan saling menghormati dan menghargai.


Pendiagnosaan Dalam Pengajaran Vokal

Sebelum mulai mengajar, seorang pengajar vokal haruslah terlebih dahulu menetapkan sebuah metode pendiagnosaan yang akan dilakukan untuk mengetahui dan sekaligus memperbaiki kesalahan vokal setiap siswanya. Metode tersebut tentu saja tidak dapat diterapkan secara seragam antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Dan hal lain yang lebih penting adalah, jangan pernah mencoba untuk mengubah siswa anda menjadi imitasi dari diri anda.
Adalah sangat baik bagi seorang pengajar untuk membuat dan menyimpan kartu yang memuat data kemajuan siswa. Selain dapat digunakan untuk mengaudisi seorang siswa, kartu ini juga dapat menjadi sebuah acuan dalam menilai tingkat kemajuan siswa yang bersangkutan.

Berhati-hatilah pada pendengaran pertama, karena hal ini merupakan faktor terpenting dalam prosedur pendianosaan masalah pada vokal. Kesalahan yang luput dari pendengaran pertama akan cendrung untuk terabaikan dan akan memburuk dari waktu ke waktu.

Semakin toleran anda terhadap suatu kesalahan vokal, maka semakin cendrung anda menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa dan akhirnya tidak terbenahi.

Kesimpulan:  Cobalah untuk menjadikan pendengaran pertama anda terhadap seorang siswa sebagai sebuah pengalaman yang positif dan menyenangkan. Biarkan siswa mengetahui bahwa anda senang mengajarnya dan dapat memberikan perbaikan terhadap masalah-masalah pada vokalnya. Hindari kritik-kritik yang bersifat negatif dan berikan petunjuk serta harapan yang jelas kepada siswa yang bersangkutan.


Pengklasifikasian Kesalahan Vokal

Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada vokal. Berikut ini adalah beberapa contoh pengklasifikasian kesalahan-kesalahan pada vokal:
Kesalahan yang berhubungan dengan elemen bunyi (pitch, intensitas, durasi, timbre, sonoritas dan lain sebagainya).
Kesalahan yang berhubungan dengan proses fisik yang terlihat (pernafasan, pengucapan, resonansi, artikulasi dan lainnya).

Kesalahan yang berhubungan dengan mekanisme vokal (kesalahan pada lidah, rahang, bibir, langit-langit lunak dan sebagainya).

Untuk mencapai pendiagnosaan masalah vokal yang lebih efektif, seorang pengajar vokal dianjurkan untuk menggunakan pengklasifikasian kesalahan vokal berdasarkan proses fisik yang terlibat dalam aksi menyanyi.


Sebuah Rencana Kerja

Sangatlah penting bagi seorang pengajar vokal untuk menyusun suatu rencana kerja didalam setiap kegiatan mengajarnya, Sebuah rencana kerja yang baik, biasanya memiliki paling sedikit tiga buah faktor utama didalamnya, yaitu:                           

1. Mengenali gejala kesalahan pada vokal.

Dalam menentukan jenis kesalahan vokal, seorang pengajar dianjurkan untuk mengevaluasi dua jenis petunjuk, yaitu: petunjuk yang dapat dilihat (visible) dan penunjuk yang dapat didengar (audible).

a. Petunjuk yang dapat dilihat (visible),antara lain:
-   Kekakuan pada tubuh,
-   Posisi dada yang turun atau terlalu membusung,
-   Rahang yang kaku,
-   Kepala yang condong kedepan atau kebelakang,
-   Posisi lutut yang terkunci kebelakang,
-   Kaki yang gemetar, dan lain sebagainya.

b. Petunjuk yang dapat didengar (audible), antara lain:
-   Suara yang bercampur desah nafas,
-   Suara yang terlalu nasal,
-   Vibrasi,
-   Intonasi,
-   Suara yang serak,
-   Volume suara yang terlalu lemah atau terlalu kuat,
-   Fleksibilitas suara,
-   Diksi dan artikulasi,
-   Penggunaan legato yang tidak tepat,
-   Wilayah nada yang sempit,
-   Kualitas suara yang kurang baik,
-   Teknik penempatan suara yang salah, dan lainnya.

2. Menentukan penyebab dari kesalahan tersebut

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk dapat menentukan penyebab dari suatu masalah vokal, seorang pengajar dituntut untuk memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap mekanisme vokal, fungsi mekanisme vokal serta cara kerjanya. Seorang pengajar vokal juga dituntut untuk dapat menirukan suara yang dihasilkan siswanya sehingga ia dapat merasakan kesalahan pada mekanisme suara yang dilakukan oleh muridnya.

3. Menetukan prosedur perbaikan.

Kemampuan seorang pengajar vokal dalam menetukan suatu prosedur perbaikan tergantung sepenuhnya pada pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang ia miliki, semakin efektif  ia sebagai seorang pengajar vokal.

(Disadur dari buku: "THE DIAGNOSIS & CORRECTION OF VOCAL FAULTS" - James C. McKinney) oleh Charles Nasution

Tidak ada komentar: